KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM
RAWA
Oleh ;
FITRI WAHYUNI
NISN.9974646073
MAN NEGARA
|
Dari
segi pengertian ekosistem rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang
air yang penggenangannya dapat bersifat musiman atau permanen dan ditumbuhi
oleh tumbuhan (vegetasi). Ekosistem tersebut terbentuk karena adanya daerah
atau wilayah yang tergenang air tawar relative lama yang dikarenakan wilayah
tersebut lebih rendah dari wilayah sekitarnya. Jenis tanah tersebut mempunyai
tingkat keasaman yang cukup tinggi, proses dekomposisi relatif lama. Tingkat
keanekaragaman sangat kaya. Faunanya antara lain ; harimau (Panther tingis), rusa (Cervus unicolor), buaya (Crocodylus porosus), babi hutan (Sus scrofa), badak gajah, musang air,
berbagai jenis ikan, dan satwa jenis burung lebih suka pada ekosistem rawa.
Jenis-jenis floranya antara lain ; Durian burung (Durio carinatus), ramin (Gonysytlus
Sp), terentang (Camnosperma Sp),
kayu putih (Melaleuca Sp), sagu,
rotan, pandan, palem-paleman, eceng gondok dan berbagai macam liana. Salah satu
ciri utama vegetasi rawa mempunyai akar lutut dan tunggang.
Pada ekosistem rawa di
Kalimantan Selatan khususnya daerah Daha, tingkat keanekaragaman yang cukup
tinggi adalah eceng gondok, biasanya disebut dengan istilah ilung. Eceng gondok juga mempunyai nama lain seperti di daerah
Palembang di kenal dengan nama kelipuk,
di Lampung dikenal dengan nama ringgak,
di Manado dikenal dengan nama tungek.
Eceng gondok (Eichhorinia crassipes)
adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Eceng gondok pertama kali
ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp Von
Martinus, seorang ahli Botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824, ketika
sedang melakukan ekspedisi di sungai Amazon Brasil.
Eceng gondok memiliki
kecepatan tumbuh yang tinggi sekali. Sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai
gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah
menyebar melewati saluran air ke badan air lainnya. Eceng gondok mengapung di
air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4–0,8 meter.
Tidak mempunyai batang, daunnya tunggal dan berbentuk oval ujung dan pangkalnya
meruncing, serta pangkal daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan
berwarna hijau. Biasanya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya
berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak
beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Eceng gondok tumbuh di
kolam-kolam dangkal, danau, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat,
tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan
perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan ketersediaan notrien,
pH, temperature, dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat
terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrient yang tinggi, terutama
yang kaya akan nitrogen, fosfat, dan fotasium, (laporan FAO). Kandungan garam
dapat menghambat pertumbuhan eceng gondong, dimana eceng gondok bertambah
sepanjang musim hujan dan berkurang saat
kandungan garam naik pada musim kemarau.
Akibat-akibat
ditimbulkan eceng gondok antara lain :
o Menurunnya
jumlah cahaya yang masuk ke dalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya
tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO : Dissolved oxygens).
o Tumbuhan
eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat
terjadinya proses pendangkalan.
o Mengganggu
lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya
masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa
daerah lainnya.
.
Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya antara lain :
o
Menggunakan herbisida
o
Mengangkat eceng gondok
tersebut secara langsung dari lingkungan perairan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.warnet178meulaboh.blogspot.com/2013/04/makalah-ekosistem- rawa.html?m=21
(diakses 27 Mei 2014)
http://www.id.m.wikipedia.org/wiki/eceng.gondok
(diakses tanggal 27 Mei 2014)http://fitriwahyuni809.blogspot.com/2014_05_01_archive.html