Senin, November 17, 2014

KONSERVASI RAWA FITRI WAHYUNI

KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM
RAWA

    Oleh ;
FITRI WAHYUNI
NISN.9974646073
                  MAN NEGARA
                            Dari segi pengertian ekosistem rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air yang penggenangannya dapat bersifat musiman atau permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Ekosistem tersebut terbentuk karena adanya daerah atau wilayah yang tergenang air tawar relative lama yang dikarenakan wilayah tersebut lebih rendah dari wilayah sekitarnya. Jenis tanah tersebut mempunyai tingkat keasaman yang cukup tinggi, proses dekomposisi relatif lama. Tingkat keanekaragaman sangat kaya. Faunanya antara lain ; harimau (Panther tingis), rusa (Cervus unicolor), buaya (Crocodylus porosus), babi hutan (Sus scrofa), badak gajah, musang air, berbagai jenis ikan, dan satwa jenis burung lebih suka pada ekosistem rawa. Jenis-jenis floranya antara lain ; Durian burung (Durio carinatus), ramin (Gonysytlus Sp), terentang (Camnosperma Sp), kayu putih (Melaleuca Sp), sagu, rotan, pandan, palem-paleman, eceng gondok dan berbagai macam liana. Salah satu ciri utama vegetasi rawa mempunyai akar lutut dan tunggang.
                  Pada ekosistem rawa di Kalimantan Selatan khususnya daerah Daha, tingkat keanekaragaman yang cukup tinggi adalah eceng gondok, biasanya disebut dengan istilah ilung. Eceng gondok juga mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang di kenal dengan nama kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama ringgak, di Manado dikenal dengan nama tungek. Eceng gondok (Eichhorinia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp Von Martinus, seorang ahli Botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824, ketika sedang melakukan ekspedisi di sungai Amazon Brasil.
                     Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sekali. Sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melewati saluran air ke badan air lainnya. Eceng gondok mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4–0,8 meter. Tidak mempunyai batang, daunnya tunggal dan berbentuk oval ujung dan pangkalnya meruncing, serta pangkal daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Biasanya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
                    Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, danau, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan ketersediaan notrien, pH, temperature, dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrient yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat, dan fotasium, (laporan FAO). Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondong, dimana eceng gondok bertambah sepanjang  musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.
Akibat-akibat ditimbulkan eceng gondok antara lain :
o Menurunnya jumlah cahaya yang masuk ke dalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO : Dissolved oxygens).
o Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan.
o Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya antara lain :
o      Menggunakan herbisida
o      Mengangkat eceng gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.id.m.wikipedia.org/wiki/eceng.gondok (diakses tanggal 27 Mei 2014)

http://fitriwahyuni809.blogspot.com/2014_05_01_archive.html