Sedikit dari aku memperkenalkan daerah Negara, dimana tempat kelahiranku,
sekarang aku akan mengajak kalian jalan-jalan menelusuri Kota Negara dan
mengetahui sejarah Zaman ke zaman dari empat zaman Kalimantan Selatan. Saatnya
kalian memakai sabuk pengaman dalam dunia khayalan agar dapat merasakan
kenikmatan perjalanan, Dengan semangat, aku membagi informasi dan pengetahuan
daerah Negara. Let’s goooooo, (meluncur dengan cepat).
Geografis Umum Negara
Negara adalah sebutan untuk tiga kecamatan, yaitu
kecamatan Daha Selatan (tempatku tinggal). Kecamatan Daha Utara dan Kecamatan
Daha Barat.Terletak di kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan. Geografis
Daerah Negara merupakan dataran rendah yang terhampar pada saat musim kemarau, dan
bagaikan Danau Raksasa apabila musim Barat tiba, karena digenangi air setinggi
satu meter lebih. Luas Daerah Negara 1260 kilometer persegi atau kurang lebih
126.000 Hektar. Dari Banjarmasin dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 4jam. Daerah
Negara dilintasi sungai bercabang tiga yang bertemu dua muara dan satu ujung
sungainya terletak dipusatnya kota Negara.
Keadaan Masyarakat
Negara
Sejauh
mata memandang, hamparan rawa yang terlihat. Kalau kita melakukan perjalanan ke
Negara dari Kandangan ibukota kabupaten Hulu Sungai Selatan,maka kita akan
melewati desa Muning Baru. Aroma ikan kering akan tercium bahkan disana ada
central ikan kering, mulai sepat, haruan, sepat siam, papuyu, atau
tauman.Sektor perikanan memang menjadi produk andalan Negara, sesuai dengan
wilayahnya.Masyarakat lebih banyak memilih nelayan ikan tawar sebagai mata
pencariannya, tapi bukan berarti Negara sebagai kampung nelayan. Memasuki pusat
kota kita akan menikmati perkampungan pedapuran. Nama desanya Bayanan, tapi
disebut kampung pedapuran karena penduduknya rata rata pengrajin gerabah.Hasil
produksi andalannya adalah dapur alat masak dari gerabah dengan menggunakan
kayu sebagai bahan bakarnya. Nah kalau kita memasuki desa Tumbukan Banyu, Sungai
Pinang dan Habirau merupakan pusat pengrajin dari besi seperti parang,pisau dan
lainnya. Jadi mereka rata rata mengambil profesi sebagai pandai besi. Desa
disebelahnya adalah Habirau Tengah lalu Parigi. Didua desa ini terkenal dengan
hasil kerajinan emasnya, maka disebut dengan kampung pa amasan. Ada lagi
kampung pengrajin perak, kuningan, juga kampung ternak yang lain dari yang lain
yaitu ternak kerbau rawa, ternak juga dapat dijadikan wisata kalang hadangan
bagi yang belum pernah melihat atau mengunjungi, untuk sampai ke tujuan dapat
menggunakan klotok umum yang banyak ditemukan disungai Negara.
Empat
Zaman
Zaman Kerajaan
Pada zamanya kerajaan-kerajaan di Kalimantan sejak
permulaan abad 15 yang disebut Negara Dipa dengan ibukotanya Kuripan. Dan
kemudian sekitar pertengahan abad ke-16 Masehi, Kedudukan ibu Kota Pemerintahan
Kerajaan Negara Dipa berpindah ke Negara,yang dalam sejarah Kerajaan-kerajaan
di Kalimantan, dikenal dengan sebutan Negara Daha hingga permulaan abad ke-17
Masehi. Sepanjang sejarah kerajaan Negara Daha dipangku oleh Pangeran Mangku
Bumi, Pangeran Temenggung dan diteruskan oleh Kerajaan Banjar dengan rajanya
yang pertama bernama Pangeran Suriansyah atau pada masa itu disebut Pangeran
Samudera. Pada saat itu Negara Daha terkenal sebagai Daerah yang pesat
perkembangannya dalam bidang perindustrian kapal-kapal layar yang dapat
dipergunakan untuk mengarungi samudera hingga India Belakang dan Laut Cina
Selatan.Selain industri kapal layar tersebut juga hasil industri berupa
alat-alat pertanian, perikanan, keramik, pakaian berupa sarung tenunan, yang
disebut “tapih Sari Gading” dan “Serudung (Kekamban) Kangkung Keombakan”,
dimana kesemua hasil industri tersebut sangat digemari oleh pendatang pendatang
dari India Belakang dan orang-orang Cina yang sengaja datang untuk memesan dan
membawa perahu-perahu layar yang sudah siap dipakai guna berlayar kembali ke
negeri mereka masing-masing. Sehingga dimasa itu orang-orang yang datang dari
India Belakang yang disebut orang Gujarat tertarik untuk bermukim di Kerajaan
Negara Daha.
Zaman Hindia Belanda
Pada zaman Hindia Belanda, daerah Negara terkenal
dengan sebutan Serambi Mekkah, karena pada masa itu diantara daerah-daerah di
Hulu Sungai, daerah Negara cukup banyak memiliki sarjana-sarjana Islam yang
mendapat pendidikan puluhan tahun dari kota Mekkah Saudi Arabia. Karenanya pada
masa itu daerah Negara menjadi suatu wadah untuk menuntut ilmu-ilmu dalam
bidang Agama Islam. Kebanyakan para siswa yang datang ke Negara berasal dari
berbagai daerah di Hulu Sungai dan mereka sengaja bermukim selama masa
pendidikan. Oleh sebab itu daerah Negara setiap surau atau langgar pada umumnya
bertingkat dua, pada lantai bawah dijadikan tempat kuliah dan lantai atas
sebagai mushalla. Sebagian besar letak langgar tersebut berdekatan dengan rumah
tempat kediaman Guru. Di Negara, biasanya guru yang mengajarkan ilmu agama
islam dan ilmu agamanya yang mendalam disebut dengan istilah Tuan Guru.Sehingga
surau atau langgar tersebut nama langgarnya disebut dari nama nama Tuan Guru
yang bersangkutan. Karena itu pula kebanyakan para siswa selama mengikuti
pendidikan turut menginap ditempat kediaman Tuan Guru.Dengan adanya demikian
kiranya tidaklah berlebihan Daerah Negara dalam sejarah pendidikan keagamaan
secara tidak langsung telah turut menandai lembaran perkembangan pendidikan
agama Islam di Hulu Sungai khususnya dan di Kalimantan Selatan secara umumnya.
Zaman Hinomaru (Pendudukan
Jepang)
Dimasa ekspansi Bala Tentara Dai Nippon di indonesia,
Daerah Negara telah pula mengalami sebagai wadah kegiatan- kegiatan usaba untuk
alat-lat pertahanan Militer Jepang yang dinamakannnya Pertahanan Perang Asia
Timur Raya. Antara lain yang menjadi aktivitasnya pembuatan senjata feluhur
nenek moyang Bangsa Jepang yaitu “Pedang Samurai ”. Sehingga karenanya secara
khusus bagi tukang besi atau yang disebut “Pandai Besi” mendapat despensasi,
yaitu untuk tidak diikut sertakan dalam kegiatan “Kingrobusi ” artinya kerja
suka rela dengan paksa. Dimana para Pandai Besi tersebut selain membuat Pedang
Semurai, juga secara paksa tanpa menganal batas jam kerja untuk membuat segala
macam peralatan dari logam untuk mengimbangi pola pertabanan gerilya.Pasukan
Jepang. Selain dari itu semua bahwa setelah adanya obsevasi para pembesar
Militer Jepang menganai Sungai Bahan yang memungkinkan dapatnya dilalui kapal
yang berdaya muat 500 ton. Dengan adanya hasil obsevasi tersebut, terjadilah
secara serampangan dan mendadak pembongkaran rumah-rumah penduduk guna
dijadikan areal pembangunan sebuah pelabuhan yang terletak diperbatasan Kampung
Tumbukan Banyu dengan Kampung Bayanan. Sementara pembuatan pelabuhan diselenggarakan
juga pembuatan jalan kareta api sepanjang jarak antara Negara dengan
Mangunang.Dimana seluruh pelaksanaan pembuatan Pelabuhan dan jalan kareta api
tersebut, hampur 90% dikerjakan oleh
tenaga-tenaga Kingrohusi dari daerah Negara sendiri. Setelah pelabuhan selesai
dibangun kareta api pun sudah berjalan untuk membawa Batu Bara yang sudah jadi
arang kok dari Mangunang ke Negara dan sebaliknya dari Negara ke Mangunang diangkut
pula alat peralatan Militer Jepang yang tadinya diangkut oleh kapal-kapal dari
kayu yang dibuat Jepang di Banjarmasin atau pada waktu itu kapal yang demikian
disebut Kapal Lamut. Demikianlah keadaan ini berlangsung hingga Militer Japang
bertekuk lutut dengan sekutu.
Zaman Kemerdekaan
Zaman
keempat, zaman berdentingnya lonceng Kemerdekaan Republik Indonesia atau zaman
hapusnya cengkeraman kekuasaan asing di Indonesia. Sejak diproklamirkan
Indonesia Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 atau dimulainya detik-detik
Perang Kemerdekaan hingga berakhirnya revolusi fisik, semenjak itu pula pada
umumnya masyarakat Negara berada dalam salah satu komponen yang memiliki
potensi yang diperhitungkan oleh setiap lawan dalam perang gerilya. Sebagai
bukti dari puncaknya semangat Patriot putra-putra Negara, meledaklah serangan
terbuka di slang hari tanggal 2 Januari 1949 untuk menumpas pos-pos kekuasaan
Pemerintahan NICA yang berada di daerah Negara. Serangan ini dilaksanakan
adalah sebagai realisasi instruksi Aksi Massal dari pimpinan umum ALRI Divisi IV
Pertahanan Wilayah Kalimantan tertanggal 2S Desember 1948 atau sebagai
konsekuensi gagainya ‘Pertemuan Renville ”. Meskipun akibat dari peristiwa 2
Januari 1949 banyak para pemuka masyarakat, tokoh-tokoh politik di Negara yang
ditangkap dan ditawan militer NICA, namun komponen pejuang kemerdekaan yang
masih ada tidak tinggal diam untuk menyusun satuan-satuan Pasukan Gerilya dan
membentuk Unit pembuat senjata api berupa granat tangan model USA, pistol model
Colt, senopan model L.E., meriam- meriam ringan dan rupa-rupa senjata tajam,
antara lain pisau lempar, tombak dan lain sebagainya. Senjata-senjata tersebut
disamping melengkapi persenjataan pasukan gerilya di daerah sendiri, tetapi
juga untuk melengkapi persenjataan pasukan gerilya lainnya yang tersebar di
pedalaman- pedalaman Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Timur. Keadaan kebijaksanaan yang demikian berjalan secara kontineu hingga
berakhirnya Perang Kemerdekaan di Kalimantan khususnya dan di Indonesia
umumnya. Setelah berada di alam kemerdekaan seraya menengok kebelakang dan
mengkaji akan pengalaman Negara Daha dalam empat zaman, tercetuslah suatu
keinginan untuk mengadakan satu perubahan status Kewedanaan Administratif untuk
menjadi Daerah Otonom sehingga akhirnya lahirlah sebuah Panitia yang diberi
nama Panitia Penuntutan Kabupaten Daha. Sebagai permulaan dari usaha penuntutan
Kabupaten Daha, Panitia mengadakan rapat umum dengan mengundang semua
organisasi politik (orpol), organisasi kemasyarakatan (ormas), pemuka-pemuka
masyarakat dan seluruh lapisan masyarakat yang ada di Negara, hingga sampai
pada kesimpulan untuk membuat sebuah Resolusi Penunturan Kabupaten Daha yang
bunyinya adalah “Agar Daerah Kewedanaan Administratif Negara Ditingkatkan
Menjadi Daerah Tingkat // Kabupaten Daha ”. Setelah melalui beberapa proses
Penuntutan kepada DPRD Kabupaten Hulu Sungai Selatan sejak 14 Oktober 1966 dan
terus menrus diperjuangkan hingga akhirnya DPRD Kabupaten Hulu Sungai Selatan
mengadakan Sidang DPRD dengan keputusan Hulu Sungai Selatan menyetujui yang
dinyatakan dalam sebuah resolusi yang isinya sebagai berikut : Pertama :
Menyetujui dan menyokong Resolusi Panitia Penuntutan Kabupaten Daha pada
tanggal 14 Oktober 1966 yang menuntut agar bekas Kewedanaan Administratif
Negara dijadikan Daerah Otonom Tingkat Kabupaten. Kedua : Mendesak kepada
Pemerintah Pusat cq. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah agar bekas
Kewedanaan Administratif Negara ini segera dibentuk menjadi Daerah Otonomi
Tingkat Kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri,
dan agar tuntutan ini dopat diwujudkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Kemudian oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan
melansir Resolusi tersebut beserta data- data atas wajarnya tuntutan tersebut.
Setelah dilansirnya Resolusi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Hulu
Sungai Selatan tersebut kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat | Propinsi
Kalimantan Selatan dan oleh Gubernur disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Propinsi Kalimantan Selatan, dimana akhirnya setelah DPRD Kalimantan
Selatan mengadakan Sidang dinyatakan babwa untuk sementara bekas Kewedanaan
Administratif Negara belum dapat dimekarkan menjadi daerah otonom tingkat
kabupaten dengan pertimbangan babwa bilamana bekas Kewedanaan Negara menjadi
daerah otonomi tingkat kabupaten Kabupaten Hulu Sungai Selatan akan menjadi
ciut. Disamping dari pertimbangan yang demikian, secara kebetulan sekali adanya
Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah yang maksudnya membekukan
semua tuntutan pemekaran daerah otonom baru. Sampai disini, terhentilah
kegiatan tuntutan Kabupaten Daha dan kini tinggal kenang-kenangan dihati setiap
insan penghuni Negara Daha. Dengan catatan babwa Penuntutan Kabupaten tersebut
diselenggarakan mulai bulan Oktober 1966 hingga berlangsungnya Sidang Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada tanggal 12 Agustus
1968. Demikian selayang pandang Daerah Negara dalam empat zaman, yaitu zaman
Kerajaan- kerajaan di Kalimantan, Zaman Hindia Belanda, Zaman Hinomaru, dan
Zaman Kemerdekaan.