Minggu, November 30, 2014

KENANGAN MENGIKUTI PERKEMAHAN SILATURAHMI DAERAH II

KENANGAN MENGIKUTI PERSILADA II HAMAK DENGAN ANAK PRAMUKA MTs NURUDDIN PASUNGKAN

KENANGAN MASA MASA YANG TERINDAH BERSAMA XI IPA1 (2013/2014)


kenangan terindah

Kerajaan Negara Dipa II

Candi Laras
Kerajaan Negara Dipa adalah kerajaan bercorak Hindu yang pernah eksis di kawasan yang sekarang termasuk ke dalam wilayah administrasi Provinsi Kalimantan Selatan. Kerajaan Negara Dipa merupakan kelanjutan dari Kerajaan Nan Sarunai yang runtuh akibat serangan dari Kerajaan Majapahit. Dan merupakan salah satu titik penting dalam sejarah perjalanan berdirinya Kesultanan Banjar.




Sejarah
Kemunculan Kerajaan Negara Dipa sangat berkaitan dengan keruntuhan Kerajaan Nan Sarunai. Pada tahun 1355 Masehi, Raja Hayam Wuruk, penguasa Majapahit, memerintahkan seorang panglimanya yang bernama Empu Jatmika untuk memimpin armada perang dengan misi menaklukkan Kerajaa Nan Sarunai dan menjadikannya sebagai bagian dari Kerajaan Majapahit. Peristiwa tentang penyerbuan angkatan perang Kerajaan Majapahit ke Kerajaan Nan Sarunai ini dikisahkan dalam Hikayat Banjar dan diabadikan oleh para seniman lokal melalui tutur wadian (puisi ratapan) yang dilisankan dalam bahasa Maanyan. Mereka mengenang keruntuhan Kerajaan Nan Sarunai dengan menyebutnya sebagai peristiwa "Usak Jawa" atau Penyerangan oleh Kerajaan Jawa".
Candi Agung
Setelah berhasil mengalahkan peradaban orang-orang Suku Dayak Maanyan, Empu Jatmika kemudian membangun kerajaan baru di Pulau Hujung Tanah yang merupakan bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Nan Sarunai. Kerajaan baru ini diberi nama Kerajaan Negara Dipa. Nama "Dipa" diambil dari bahsa Dayak Maanyan, yakni "dipah ten" yang berarti "Kerajaan yang terletak di seberang". Pemberian nama dengan makna "Kerajaan yang terletak di seberang" sangat mungkin mengacu pada letak Kerajaan Negara Dipa yang berada di seberang lautan jika ditempuh dari Kerajaan Majapahit yang berlokasi di Jawa. Setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Nan Sarunai, Empu Jatmika memang memposisikan Kerajaan Negara Dipa yang dirintisnya sebagai wilayah taklukan yang mengabdi di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Menurut Hikayat Banjar, Empu Jatmika (Ampu Jatmaka) berasal dari Negeri Keling. Keling identik dengan Kediri, tepatnya Kediri bagian utara. Dalam Hikayat Banjar dikisahkan bahwa Empu Jatmika adalah putra dari seorang saudagar besar bernama Aria Mangkubumi yang beristrikan Siti Rara. Setelah Empu Jatmika beranjak dewasa, ia menikah dengan seorang perempuan bernama Sari Manguntur. Perkawinan ini dikaruniai dua orang anak laki-laki yang diberi nama Lambung Mangkurta dan Mandastana.
Saat kedua anak Empu Jatmika menginjak usia remaja, Aria Mangkubumi jatuh sakit. Ketika kondisi kesehatan Aria Mangkubumi semakin kritis, ia memanggil anak dan kedua cucunya dan berpesan supaya mereka menjaga keutuhan seluruh anggota keluarga dengan sebaik-baiknya dan tidak bersifat kikir serta berlaku adil kepada semua orang dengan mendengar keluhan atau permohonan dari setiap orang yang datang.
Selain itu, Aria Mangkubumi juga berwasiat agar Empu Jatmika pergi merantau ke luar dari negeri Keling karena di negeri ini banyak orang yang bertabiat tidak baik, seperti perasaan iri hati serta rasa dengki. Aria Mangkubumi berpesan, Empu Jatmika harus mencari negeri yang bertanah panas dan berbau harum. Untuk dapat mengetahui tanah yang dimaksud itu, Empu Jatmika dihimbau supaya menggali sekepal tanah yang didatanginya pada tengah malam dan dicium untuk merasakan aroma tanah itu. Apabila tempat yang memenuhi syarat-syarat itu telah berhasil ditemukan, Aria Mangkubumi menyarankan agar Empu Jatmika menetap di sana karena kehidupan di tempat itu akan dikaruniai rahmat dan kebahagiaan yang melimpah. Kesuburan dan kesejahteraan akan senantiasa diperoleh di tanah yang berbau harum itu sehingga segala jenis tanaman dapat tumbuh dengan subur. Selain itu, negeri tersebut akan didatangi banyak saudagar dari berbagai negeri sehingga membuantnya menjadi negeri yang besar dan makmur, serta akan terhindar dari serangan musuh. Namun, jika tanah yang ditemukan berbau harum namun terasa dingin, maka kebahagiaan dan kemakmuran hanya akan diperoleh sekedarnya saja. Negeri itu akan selalu terancam marabahaya dan akan menderita kesukaran yang tidak putus-putusnya. Tidak lama setelah menyampaikan pesan-pesan terakhir kepada anak dan cucunya, Aria Mangkubumi meninggal dunia. Empu Jatmika bertekad akan melaksanakan pesan-pesan ayahnya, yaitu mencari dan menemukan sebuah tempat yang tananhnya panas dan berbau harum.
Belum bisa dijelaskan apa hubungan antara Empu Jatmika dengan Kerajaan Majapahit. Karena pada saat Empu Jatmika memimpin penyerangan ke Kerajaan Nan Sarunai, ia adalah panglima yang diutus dari Kerajaan Majapahit. Kemungkinan besar, Empu Jatmika beserta keluarga mengabdi terlebih dahulu di Kerajaan Majapahit sebelum di tugaskan memimpin pasukan menuju Kerajaan Nan Sarunai. Mengingat saat itu Kerajaan Majapahit adalah sebuah imperium besar, dan Negeri Keling (Kediri) adalah Kerajaan taklukan dan tunduk pada kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1355 Masehi, Raja Majapahit memerintahkan Empu Jatmika untuk memimpin armada perang menuju Kerajaan Nan Sarunai. Kemungkinan besar Raja Majapahit itu adalah Raja Hayam Wuruk karena berkuasa sejak tahun 1350 M sampai 1389 M. 
Lambung Mangkurat
Empu Jatmika tiba di Pulau Hujung Tanah, tempat dimana Kerajaan Nan Sarunai berdiri. Turut dalam rombongan Empu Jatmika yang menuju Kerajaan Nan Sarunai antara lain adalah Sira Manguntur (istri Empu Jatmika), Empu Mandastana dan Lambung Mangkurat (anak Empu Jatmika), seorang nakhoda kapal sekaligus ahli bahasa bernama Wiramarta, dua orang hulubalang yaitu Aria Megatsari dan Tumenggung Tatahjiwa, beserta pasukannya.  Ketika digali, ternyata tanah di Pulau Hujung Tanah ternyata panas laksana api dan harum wewangian daun pudak. Inilah ternyata tanah yang dimaksud oleh Aria Mangkubumi. Setelah berhasil menaklukan Kerajaan Nan Sarunai, Empu Jatmika mendirikan kerajaan baru dengan nama Kerajaan Negara Dipa dan sebuah candi diberi nama Candi Laras, selain itu Empu Jatmika juga mendirikan balairung, istana, ruang sidang, menara dan istana. Dalam mengelola pemerintahan Empu Jatmika didampingi oleh Aria Megatsari sebagai patih kerajaan. Empu Jatmika tidak menobatkan dirinya sebagai raja, karena merasa bukan keturunan raja-raja. Hal ini juga dipesankan kepada Lambung Mangkurat dan Empu Mandastana, bahwa keduanya juga tidak boleh menjadi raja. Ketika Empu Jatmika mangkat, Lambung Mangkurat dan Empu Mandastana melaksanakan pesan Empu Jatmika, yaitu mencari raja untuk Negara Dipa. Lambung Mangkurat melaksanakan semedi (belampah) di pinggir sungai besar, sedangkan Empu Mandastana bersemedi di pegunungan Meratus. Menurut mitos yang diyakini masyarakat setempat, ketika Lambung Mangkurat sedang bersemedi, tiba-tiba muncul buih yang bersinar dari pusaran air sungai dan kemudian menjelma menjadi seorang putri yang cantik jelita. Putri itu kemudian oleh Lambung Mangkurat disembah dan dipanggil dengan nama Putri Junjung Buih, yang berarti seorang putri yang muncul dari buih untuk dimuliakan menjadi ratu di Kerajaan Negara Dipa dan Lambung Mangkurat menjadi Mangkubumi Kerajaan Negara Dipa. 
Putri Junjung Buih
Putri Junjung Buih diyakini adalah anak perempuan dari penguasa terakhir Kerajaan Nan Sarunai yang sebelumnya ditaklukkan Empu Jatmika atas nama Kerajaan Majapahit. Atas dasar itulah Lambung Mangkurat berpendapat bahwa Puteri Junjung Buih inilah orang yang berhak memimpin Kerajaan Negara Dipa sepeniggal Empu Jatmika. Wilayah Kedaulatan Kerajaan Negara Dipa pada masa Ratu Junjung Buih adalah Batang Tabalong, Batang Balangan, Batang Pitap, Batang Alai, Batang Amandit dan Batang Amas.
Setelah Putri Junjung Buih diangkat menjadi ratu di Negara Dipa, Lambung Mangkurat merasa berkewajiban untuk mencarikan calon suami bagi sang ratu. Niat Lambung Mangkurat tersebut disetujui oleh Ratu Junjung Buih namun dengan syarat, bahwa calon suaminya harus mempunyai kekuatan adikodrati yang hanya bisa didapat melalui proses bersemedi. setelah mendengar syarat yang diinginkan oleh Ratu, Lambung Mangkurat kemudian pergi kesuatu tempat untuk bersemedi, Dari hasil semedinya, Lambung Mangkurat secra gaib bertemu dengan seorang pemuda bernama Raden Putra atau yang kemudian dikenal dengan nama Pangeran Suryanata. Dalam keyakinan Lambung Mangkurat, Raden Putra bukanlah manusia biasa, melainkan Putra Matahari.
Dalam kisah versi lain menngisahkan bahwa, Pangeran Suryanata adalah salah seorang Pangeran dari Kerajaan Majapahit. Raden Putra atau Pangeran Suryanata memiliki nama lain, yaitu Rahadyan Putra alias Raden Aria Gegombak Janggala Rajasa. Rencana penobatan Pangeran Suryanata sebagai peimpin di Kerajaan Negara Dipa sebenanya sudah direncanakan oleh Raja Hayam Wuruk sejak Empu Jatmika masih mengelola Kerajaan Negara Dipa untuk sementara. Pada tahun 1362 M, Empu Jatmika mulai mempersiapkan prosesi penjemputan Pangeran Suryanata dari Kerajaan Majapahit. Akan tetapi, pada tahun 1362 M itu Empu Jatmika tiba-tiba jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Akhirnya tugas penjemputan diambil alih oleh Lambung Mangkurat.
Pangeran Suryanata kemudian menikah dengan Ratu Junjung Buih dan mengemban tugas bersama-sama untuk memimpin pemerintahan Kerajaan Negara Dipa. Pada masa pemerintahan Pangeran Suryanata, pusat pemerintahan Kerajaan Negara Dipa berada disekitar Kota Amuntai sekarang ini, tepatnya di pertemuan antara Sungai Tabalong dengan Sungai Balangan. Selama masa kepemimpinannya, Pangeran Suryanata berhasil memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Negara Dipa  dengan menaklukkan beberapa negeri lainm seperti Sukadana, Sambas, Batang Alai, batang Lawai, Kotawaringin, Pasir, Kutai, Karasikan, dan Berau. Pangeran Suryanata berkuasa di Kerajaan Negara Dipa selama kurang lebih 23 tahun, dari tahun 1362 M hingga 1385 M.
Sepeninggal Pangeran Suryanata, pemerintahan Kerajaan Negara Dipa dipimpin oleh putra mahkota, yaitu Aria Dewangsa yang bergelar Pangeran atau Maharaja Surya Gangga Wangsa. Anak lelaki Pangeran Suryanata dengan Ratu Junjung Buih ini mengemban mandat sebagai Raja Negara Dipa sejak tahun 1385 M dan masa kekuasaanya berakhir pada tahun 1421 M. setelah era pemerintahan Maharaja Surya Gangga berakhir, tampuk kepemimpnan Kerajaan Negara Dipa dipercayakan kpada Raden Carang Lalean yang memerintah pada periode tahu 1421 sampai dengan 1436 M. Setelah itu, pemerintahan Kerajaan Negara Dipa diampu oleh seorang pemimpin perempuan yang bernama Putri (Ratu) Kalungsu pada kurun waktu 1436 M - 1448 M.
Terakhir, ketika masa pemerintahan Ratu Kalungsu berakhir pada tahun 1448 M, tampuk kepemimpinan Kerajaan Negara Dipa diteruskan oleh Raden Sekar Sungsang atau yang dikenal juga dengan nama Raden (Maharaja) Sari Kabungaran. Pada masa inilah Kerajaan Negara Dipa mulai menuai keruntuhannya akibat perselisihan internal, dan pada akhirnya muncul sebuah kerajaan aru penerus Kerajaan Negara Dipa, yaitu Kerajaan Negara Daha.

Raja-Raja Kerajaan Negara Dipa
Raja/ Ratu yang pernah berkuasa di Kerajaan Negara Dipa, yaitu sebagai berikut :
Pertapaan Pangeran Suryanata

  1. Empu Jatmika (1355 M) - Pejabat dan Pelaksana pemerintahan Kerajaan Negara Dipa
  2. Lambung Mangkurat - Pejabat dan Pelaksana pemerintahan Kerajaan Negara Dipa pengganti Empu Jatmika, sebelum Putri Junjung Buih dinobatkan menjadi Ratu Kerajaan Negara Dipa dan menjadi Mangkubumi sampai masa awal pemerintahan Maharaja Sari Kaburangan
  3. Putri (Ratu) Junjung Buih (1362 M) - Ratu Kerajaan Negara Dipa bersama Lambung Mangkurat sebagai Mangkubumi
  4. Raden Putra bergelar Pangeran (Maharaja) Suryanata (1362 M - 1358 M) - Raja Kerajaan Negara Dipa, memerintah Kerajaan Negara Dipa bersama-sama dengan Ratu Junjung Buih 
  5. Aria Dewangsa bergelar Pangeran (Maharaja) Surya Gangga Wangsa (1385 M - 1421 M) - Raja Kerajaan Negara Dipa
  6. Raden (Maharaja) Carang Lalean (1421 M - 1448 M) - Raja Kerajaan Negara Dipa
  7. Putri (Ratu) Kalungsu (1436 M - 1448 M) - Wali Raja ketika Raden Sekar Sungsang masih berumur enam tahun
  8. Raden Sekar Sungsang bergelar Pangeran (Maharaja) Sari Kaburangan (1448 M) - Raja Terakhir Kerajaan Negara Dipa


Keruntuhan Kerajaan Negara Dipa
Sungai Nagara
Pada abad ke 14 muncul Kerajaan Negara Daha yang memiliki unsur-unsur Kebudayaan Jawa akibat dari pendangkalan sungai di wilayah Negara Dipa. Sebuah serangan dari Jawa menghancurkan Kerajaan Negara Dipa ini. Pada masa Maharaja Sari Kabungaran alias Raden sekar Sungsang, putera dari Putri Kabu Waringin alias Putri Kalungsu, untuk menghindari bala bencana ibukota dipindahkan dari Candi Agung karena dianggap sudah kehilangan tuahnya, untuk menyelamatkan dinasti baru pimpinan Maharaja Sari Kaburangan segera naik tahta dan memindahkan pusat pemerintahan ke arah hilir pada percabangan anak Sungai Bahan yaitu Muara Hulak. Negara Dipa terhindar dasi kehancuran total, bahkan dapat menata diri menjadi besar yang kemudian diganti dengan nama Negara Daha sehingga kerajaan disebut dengan nama yang baru sesuai dengan letak ibukotanya ketika dipindahkan yaitu Kerajaan Negara Daha. Nama sungai Bahan pun berganti menjadi Sungai Negara (Sungai Nagara).

SYAIR SEJARAH KERAJAAN NEGARA DIPA DI KALIMANTAN SELATAN



Bermula kisah kita mulai
Zaman dahulu zaman bahari
Asal mulanya sebuah negeri
Timbulnya kerajaan Raja di Candi
Kerajaan bernama Negara Dipa
Raja pertama Empu Jatmika
Putra tunggal Mangkubumi dengan Sitira
Asal Negeri Keling di Tanah Jawa
Mangkubumi saudagar kaya
Kerabat raja yang bijaksana
Berputera seorang elok rupanya
Empu Jatmika konon namanya
Empu Jatmika terus bertambah usianya
Hingga dewasa menjadi cendekia
Dikawinkan dengan Sira Manguntur namanya
Puteri cantik pandai bertutur kata
Empu Mandastana dan Lambung Mangkurat bersaudara
Kakak beradik tampan gagah muda belia
Itulah namanya putera Empu Jatmika
Sama elok sama tampan sama pandainya
Karena sudah keadaan
Sakitlah Mangkubumi yang dipertuan
Hamba sahaya semua bersedih menaruh kasihan
Semua sanak famili dikumpulkan
Saudagar Mangkubumi yang dipertuan
Sakitnya bertambah tidak tertahan
Selalu dijaga seluruh handai taulan
Dari hari berganti bulan
Setelah Mangkubumi merasa tidak kuat bertahan
Saatnya dunia yang fana harus ditinggalkan
Nafas terengah air mata mengalir perlahan
Lemah tak berdaya sekujur badan
Empu Jatmika dan kedua puteranya
Duduk bersimpuh bersama ibunya
Membelai mencium tangan ayahanda
Duduk tepekur membaca doa
Lalu berkata Mangkubumi tercinta
Meninggal amanat kepada ananda
Hadirin mendengar dengan hikmatnya
Diterima wasiat oleh anak-cucunya
Adapun amanat yang ditinggalkannya
Kepada anaknya Empu Jatmika
Demikian bunyi susunan katanya
Harus kerjakan diingat pula
Wahai anakku Empu Jatmika
Serta cucuku Empu Mandastana
Lambung Mangkurat duduk serta
Sira Manguntur dan neneknya Sitira
Jika aku sudah tak ada lagi
Meninggalkan dunia yang fana ini
Pertama-tama jagalah diri
Martabat keluarga dijunjung tinggi
(“Syair Sejarah Kerajaan Negara Dipa di Kalimantan Selatan”, Penyusun Nadir Adransyah, B.A. dan Drs. H. Syarifuddin R., Penerbit Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin, Tahun 1997/1998, hal. 3-4.)

Kerajaan Negara Dipa

Kerajaan Negara Dipa

 
Kerajaan Negara Dipa. Kerajaan Negara Dipa adalah kerajaan di pedalaman Kalimantan Selatan yang merupakan pendahulu Kerajaan Negara DahaKerajaan Negara Dipa memiliki daerah-daerah bawahan yang disebut Sakai, yang masing-masing dipimpin oleh seorang Mantri Sakai. 

Sebuah pemerintahan Sakai kira-kira sama dengan pemerintahan lalawangan (distrik) pada masa Kesultanan Banjar. Salah satu negeri bawahan Kuripan adalah Negara Dipa. Menurut Hikayat Banjar, Negara Dipa merupakan sebuah negeri yang didirikan Ampu Jatmika yang berasal dari Keling (Coromandel).[3] Menurut Veerbek (1889:10) Keling, propinsi Majapahit di barat daya Kediri. 

Sejarah Kerajaan Negara Dipa

Menurut Paul Michel Munos dalam Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Senanjung Malaysia, hal 401 dan 435, Empu Jamatka (maksudnya Ampu Jatmika) mendirikan pada tahun 1387, dia berasal dari Majapahit. Diduga Ampu Jatmika menjabat sebagai Sakai di Negara Dipa (situs Candi Laras)(Margasari). Ampu Jatmika bukanlah keturunan bangsawan dan juga bukan keturunan raja-raja Kuripan, tetapi kemudian dia berhasil menggantikan kedudukan raja Kuripan sebagai penguasa Kerajaan Kuripan yang wilayahnya lebih luas tersebut, tetapi walau demikian Ampu Jatmika tidak menyebut dirinya sebagai raja, tetapi hanya sebagai Penjabat Raja (pemangku). Penggantinya Lambung Mangkurat (Lembu Mangkurat) setelah bertapa di sungai berhasil memperoleh Putri Junjung Buih yang kemudian dijadikan Raja Putri di Negara Dipa. 

Raja Putri ini sengaja dipersiapkan sebagai jodoh bagi seorang Pangeran yang sengaja dijemput dari Majapahit yaitu Raden Putra yang kelak bergelar Pangeran Suryanata I. Keturunan Lambung Mangkurat dan keturunan mereka berdua inilah yang kelak sebagai raja-raja di Negara Dipa.
Menurut Tutur Candi, Kerajaan Kahuripan adalah kerajaan yang lebih dulu berdiri sebelum Kerajaan Negara Dipa. Karena raja Kerajaan Kahuripan menyayangi Empu Jatmika sebagai anaknya sendiri maka setelah dia tua dan mangkat kemudian seluruh wilayah kerajaannya (Kahuripan) dinamakan sebagai Kerajaan Negara Dipa, yaitu nama daerah yang didiami oleh Empu Jatmika. (Fudiat Suryadikara, Geografi Dialek Bahasa Banjar Hulu, Depdikbud, 1984)
Kerajaan Negara Dipa semula beribukota di Candi Laras (Distrik Margasari) dekat hilir sungai Bahan tepatnya pada suatu anak sungai Bahan, kemudian ibukotanya pindah ke hulu sungai Bahan yaitu Candi Agung (Amuntai), kemudian Ampu Jatmika menggantikan kedudukan Raja Kuripan (negeri yang lebih tua) yang mangkat tanpa memiliki keturunan, sehingga nama Kerajaan Kuripan berubah menjadi Kerajaan Negara Dipa. Ibukota waktu itu berada di Candi Agung yang terletak di sekitar hulu sungai Bahan (= sungai Negara) yang bercabang menjadi sungai Tabalong dan sungai Balangan dan sekitar sungai Pamintangan (sungai kecil anak sungai Negara). Kerajaan ini dikenal sebagai penghasil intan pada zamannya.
Raja Negara Dipa
  1. Periode Raja-raja Kuripan yang tidak diketahui nama penguasa dan masa pemerintahannya. Kerajaan Kuripan ini disebutkan dalam Hikayat Banjar Resensi II. 
  2. Ampu Jatmaka gelar Maharaja di Candi, saudagar kaya dari Keling pendiri Negara Dipa tahun 1387 dengan mendirikan negeri Candi Laras di hilir kemudian mendirikan (atau menaklukan?) negeri Candi Agung di hulu di sebalik negeri Kuripan. Ampu Jatmaka sebagai penerus ayah angkatnya raja tua Kerajaan Kuripan [= raja negeri lama yang berdiri sebelumnya] yang tidak memiliki keturunan, tetapi Ampu Jatmaka mengganggap dirinya hanya sebagai Penjabat Raja. Ketiga negeri/distrik ini dan ditambah negeri Batung Batulis dan Baparada (= Balangan) yang muncul di dalam Hikayat Banjar Resensi II teks Cense, maka inilah wilayah awal Negara Dipa. Kemudian Empu Jatmika memerintahkan Tumenggung Tatahjiwa memperluas wilayah dengan menaklukan batang Tabalong, batang Balangan dan batang Pitap. Ia jua memerintahkan Arya Megatsari menaklukan batang Alai, batang Labuan Amas dan batang Amandit. Widuga wilayah inilah yang menjadi ibukota baru Tanjungpura di negara bagian Tanjungnagara (Kalimantan-Filipina). 
  3. Lambung Mangkurat [= logat Banjar untuk Lembu Mangkurat] bergelar Ratu Kuripan, putera Ampu Jatmika (sebagai Penjabat Raja). Ia berhasil memperluas wilayah kerajaan dari Tanjung Silat/Selatn sampai Tanjung Puting yaitu wilayah dari sungai Barito sampai sungai Seruyan. 
  4. Raden Galuh Ciptasari alias Putri Ratna Janggala Kadiri gelar anumerta Putri Junjung Buih [= perwujudan putri buih/putri bunga air menurut mitos Melayu] yaitu puteri angkat Lambung Mangkurat, diduga Ratu I ini berasal dari Majapahit yang disebut Bhre Tanjungpura. Menurut Pararaton, Bhre Tanjungpura Manggalawardhani Dyah Suragharini yang berkuasa 1429-1464 adalah puteri Bhre Tumapel II 1389-1427 [= abangnya Suhita] dengan istrinya Bhre Lasem V. Bhre Tanjungpura [= Bhre Kalimantan] dan Bhre Pajang III Sureswari 1429-1450 [= adik bungsu Manggalawardhani] keduanya menjadi istri Bhre Paguhan III 1400-1440 [= ayahnya Sripura] tetapi perkawinan ini tidak memiliki keturunan (menurut Pararaton). Diduga Bhre Tanjungpura menikah lagi dengan Bhre Pamotan I Rajasawardhana Dyah Wijayakumara. Menurut Prasasti Trailokyapuri Manggalawardhani adalah Bhre Daha VI 1464-1474 yakni ibu Ranawijaya (janda Sang Sinagara). 
  5. Rahadyan Putra alias Raden Aria Gegombak Janggala Rajasa gelar anumerta Maharaja Suryanata [= perwujudan raja dewa matahari], suami Putri Junjung Buih yang dilamar/didatangkan dari Majapahit dengan persembahan 10 biji intan. Raja ini berhasil menaklukan raja Sambas, raja Sukadana/Tanjungpura, orang-orang besar/penguasa Batang Lawai (= sungai Kapuas), orang besar/penguasa Kotawaringin, orang besar Pasir, raja Kutai, orang besar Berau dan raja Karasikan. Menurut Hikayat Banjar Versi II, pasangan ini memperoleh tiga putera yakni Pangeran Suryawangsa, Pangeran Suryaganggawangsa dan Pangeran Aria Dewangsa [adi-vamsa = pengasas dinasti]. Ketiga putera ini memerintah di daerah yang berlainan (a) Undan Besar dan Undan Kuning, (b) Undan Kulon dan Undan Kecil (c) Candi Laras, Candi Agung, Batung Batulis dan Baparada [= Batu Piring?] serta Kuripan. Setelah beberapa lama memerintah [pada tahun 1464?] Putri Junjung Buih dan Maharaja Suryanata mengatakan hendak pulang ke tempat asalnya dan pemerintahan dilanjutkan oleh putera-puteranya. Nama Rajasa yang digunakan raja ini kemungkinan kependekan dari Rajasawardhana alias Dyah Wijayakumara alias Sang Sinagara, yaitu putera sulung Bhre Tumapel III Dyah Kertawijaya 1429-1447. Dyah Wijayakumara [= Bhre Kahuripan VI] memiliki istri bernama Manggalawardhani Bhre Tanjungpura. Dari perkawinan itu lahir empat orang anak, yaitu Samarawijaya [= Bhre Kahuripan VII], Wijayakarana, [= Bhre Mataram V], Wijayakusuma (= Bhre Pamotan II), dan Ranawijaya (= Bhre Kertabhumi= Kartapura?= Tanjungpura?). 
  6. Aria Dewangsa putera bungsu Putri Junjung Buih dengan Maharaja Suryanata (Hikayat Banjar versi II), menikahi Putri Mandusari alias Putri Huripan [yang ibunya meninggal ketika melahirkannya] gelar Putri Kabu Waringin [karena minum air susu kerbau putih yang diikat di pohon beringin] yaitu puteri dari Lambung Mangkurat (= Ratu Kuripan) dengan Dayang Diparaja. 
  7. Raden Sekar Sungsang, cucu Putri Junjung Buih dan juga cucu Lambung Mangkurat adalah putera dari pasangan Pangeran Aria Dewangsa dengan Putri Kabu Waringin menurut Hikayat Banjar versi II, tetapi menurut Hikayat Banjar versi I adalah cicit Putri Junjung Buih dan juga cicit Lambung Mangkurat. Menurut versi II, Raden Sekar Sungsang [= Panji Agung Rama Nata] pernah merantau ke Jawa [dan diduga sudah memeluk Islam] dan di Jawa ia mengawini wanita setempat dan memperoleh dua putera bernama Raden Panji Dekar dan Raden Panji Sekar [yang kemudian bergelar Sunan Serabut karena menikahi puteri Raja Giri]. Sunan Serabut dari Giri inilah yang menuntut upeti kepada Putri Ratna Sari gelar Ratu Lamak (puteri dari Raden Sekar Sungsang dengan Putri Ratna Minasih yang menggantikannya sebagai raja). Ratu Lamak kemudian digantikan adiknya Ratu Anom yang pernah ditawan ke Jawa karena gagal membayar upeti. Menurut Hikayat Banjar versi I, ibu Raden Sekar Sungsang yaitu Putri Kalungsu alias Putri Kabu Waringin, permaisuri Maharaja Carang Lalean (= Aria Dewangga?) sempat menjadi wali raja ketika Raden Sakar Sungsang masih berumur enam tahun sewaktu Maharaja Carang Lalean (= Raden Aria Dewangsa?) mengatakan bahwa ia hendak pulang ke tempat asalnya (dan jika raja ini putera Manggalawardhani maka kemungkinan kepulangannya ke tempat asal/Majapahit untuk membantu kakaknya Samarawijaya berperang melawan pamannya Raja Majapahit?). Maharaja Carang Lalean kemudian melantik Lambung Mangkurat sebagai pemangku. Pada masa Maharaja Sari Kaburungan alias Raden Sekar Sungsang, putera dari Putri Kabu Waringin alias Putri Kalungsu, untuk menghindari bala bencana ibukota kerajaan dipindahkan dari Candi Agung (Amuntai) karena dianggap sudah kehilangan tuahnya, pusat pemerintahan dipindah ke arah hilir pada percabangan anak sungai Bahan yaitu Muara Hulak yang kemudian diganti menjadi Negara Daha (sekarang kecamatan Daha Selatan) sehingga kerajaan disebut dengan nama yang baru sesuai letak ibukotanya ketika dipindahkan yaitu Kerajaan Negara Daha. Nama sungai Bahan pun berganti menjadi sungai Negara. 

Peninggalan Kerajaan Negara Dipa

Peninggalan Negara Dipa yang terkenal adalah candi agung. Candi agung ini berlokasi di kawasan Desa Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Candi Agung bukti sejarah kerajaan negara dipa di kalimantan  
Candi Agung adalah sebuah situs Candi Hindu berukuran kecil. Konon candi inilah bangunan pertama yang menjadi cikal bakal Kerajaan Negara Dipa. Lokasi candi di kawasan Desa Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dari Banjarmasin menuju Amuntai memerlukan waktu tempuh sekitar 5 jam jika menggunakan transportasi darat.
Lamanya waktu tempuh relatif, tergantung arus lalu lintas saat kita di perjalanan, ditambah lagi waktu rehat (isi bahan bakar dan isi perut di warung).
Menurut Khairiyah, warga Banjarmasin, yang akhir pekan lalu berkunjung ke Amuntai, obyek wisata ini terpelihara dengan baik. Memasuki kawasan candi tersebut, kita disambut gapura bertulis Candi Agung.
“Cukup banyak masyarakat yang berkunjung ke Candi Agung, terutama masyarakat dari luar Amuntai,” ujar Khairiyah yang berkunjung bersama keluarganya.
Memang candi Agung tidak seperti candi di Pulau Jawa, namun keberadaan candi ini menjadi daya tarik karena bernilai historis. Seperti diketahui Candi Agung erat kaitannya dengan sejarah berdirinya Kerajaan Banjar.
“Obyek wisata sejarah ini banyak memberikan pelajaran bagi kita dan generasi muda. Jadi sangat perlu untuk menyempatkan waktu ke candi ini jika kita berkunjung ke Amuntai, tentunya bermanfaat untuk menambah wawasan,” jelas Khairiah.
Sebagaimana diketahui, Candi Agung yang dibangun Empu Jatmika, pendiri Kerajaan Negaradipa Khuripan, pada abad ke XIV Masehi. Dari kerajaan ini akhirnya melahirkan Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin.
Situs Peninggalan Negara Dipa
Menurut cerita, Kerajaan Hindu Negaradipa berdiri tahun 1438 di persimpangan tiga aliran sungai; Tabalong, Balangan dan Negara. Cikal bakal Kerajaan Banjar itu diperintah Pangeran Suryanata dan Putri Junjung Buih dengan kepala pemerintahan Patih Lambung Mangkurat. Negara dipa kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai.
Refferensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Negara_Dipa
http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=12147639

Sabtu, November 29, 2014

Sejarah Negara Daha

Nagara Daha

Kerajaan ini tidak ada hubungannya dengan Kerajaan Daha di Jawa, yang lebih dikenal sebagai Kerajaan Janggala.

Kerajaan Negara Daha adalah sebuah kerajaan Hindu yang pernah berdiri di Kalimantan Selatan. Pusat ibukota kerajaan ini berada di kota Negara (kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan).

Kerajaan Negara Daha merupakan kelanjutan dari Kerajaan Negara Dipa.

Raja-raja Negara Daha antara lain:

1. Raden Sekarsungsang
2. Maharaja Sari Kaburangan
3. Maharaja Sukarama, kakek dari Sultan Suriansyah (Raja I dari Kerajaan Banjar )
4. Maharaja Mangkubumi
5. Maharaja Tumenggung
Kisah ini bermula dari kejadian memalukan yang dilakukan oleh Raden Sari Kaburungan yang mengawini ibunya sendiri. Tapi karena dialah yang berhak menjadi raja, akhirnya ia dinobatkan menjadi raja. Setahun kemudian raja memindahkan kedudukan negara ke Muara Hulak. Kedudukan baru itu disebut Negara Daha dan sampai sekarang ini tempat itu masih bernama Negara (Sebuah daerah di Kab. HSS Kalsel). Di Muara Bahan dibuat sebuah pangkalan (pelabuhan) yang kemudian ramai sekali didatangi para pedagang.
Maharaja Sari Kaburungan itupun tetap mengikuti adat, tatakrama Kerajaan Majapahit dan menerima segala menterinya tiap hari Sabtu di Sitilohor. Tidak beberapa lama kemudian menghilanglah secara gaib Putri Kalungsu yang tinggal di Negara Dipa bersama lima ratus orang pengiringnya. Dalam waktu itu pula Lembu Mangkurat meninggal dunia (Berakhirlah kisah-kisah raja Nagara Dipa). Sebagai Mangkubumi diangkatlah putera Arya Megatsari yang bernama Arya Taranggana oleh Maharaja Sari Kaburungan, dia adalah seorang yang sangat cerdik lagi bijaksana. Aria Taranggana ini mengarang “Kutara Masaalah Tahta Nagri” yang membicarakan peraturan dan hukuman bagi orang yang benar dan salah, yang berat dan ringan, yang mati dan yang tidak, yang dirampas dan kesesuaian hukumannya yang sekarang dikenal dengan nama Kutara Aria Taranggana.
Maharaja Sari Kaburungan memerintah sama seperti zaman Maharaja Suryanata. Semua pejabat yang diganti berasal dari keturunan pejabat itu. Tahta negeri Nagara Daha mengikuti tahta negeri Majapahit. Maharaja Sari Kaburungan dan istrinya anak menteri mempunyai anak pertama bernama Raden Sukarama dan yang kedua bernama Raden Bengawan. Tidak beberapa lama kemudian Raja Raden Sari Kaburungan dan Istrinya hilang secara gaib, tahta kerajaan diturunkan kepada Maha Raja Sukarama.
Maharaja Sukarama berpesan kepada ketiga anaknya agar kelak yang berhak menjadi raja adalah cucunya Raden Samudera bukan mereka. Hal itu membuat hati Pangeran Tumanggung gusar dan marah, karena yang menurutnya pantas menjadi raja adalah kakaknya Pangeran Mangkubumi sebagai anak tertua ayahnya, bukan langsung menunjuk (turun) ke cucu. Patih Aria Taranggana menyelamatkan Raden Samudera dengan cara menghanyutkannya. Hal ini secara implisit berimplikasi bahwa Maharaja Sukarama menginginkan agar sepeninggalnya nanti tidak terjadi peristiwa perang saudara karena perebutan kekuasaan antara ketiga anaknya itu.
Sepeninggal ayahnya, Maharaja Sukarama meninggal, Pangeran Mangkubumi diangkat menjadi raja akan tetapi mahkota yang akan digunakannya dalam penobatan tidak sesuai di kepalanya. Begitupun juga ketika Pangeran Tumanggung dan Pangeran Bagalung mencobanya. Sama seperti benda pusaka kerajaan tidak dapat dibunyikan karena mereka melanggar amanat ayahnya. Kepindahan Pangeran Bagalung ke Marabahan untuk menetap di sana sampai masa meninggalnya.
Setelah sekian lama memerintah ahkhirnya terjadi salah paham antara Maharaja Mangkubumi dengan Pangeran Tumanggung tentang masalah perzinahan si Saban dengan si Harum. Atas hasutan Pangeran Tumanggung maka si saban mau membunuh Maharaja Mangkubumi dengan keris Malila.Namun setelah si Saban selesai melakukan pembunuhan, justru si Saban sendiri yang dibunuh oleh Pangeran Tumanggung. Akhirnya Pangeran Tumanggung diangkat menjadi raja, akan tetapi ketika pelaksanaan penobatannya mahkotanya tidak dapat dipakai, dan benda-benda pusaka istana tidak dapat digunakan (dibunyikan).
Cerita kemudian beralih tentang pencarian dan pertemuan Raden Samudera oleh Patih Masih dan anak buahnya setelah mendengar kabar Raden Samudera akan dibunuh oleh Pangeran Tumanggung. Keinginan para Patih untuk menjadikan Raden Samudera sebagai raja. Pada mulanya Raden Samudera menolak menjadi raja, akan tetapi setelah didesak dan dibuat mabuk, Raden Samudera pun akhirnya bersedia menjadi raja.
Pangeran Samudera yang baru diangkat menjadi raja kemudian memerintahkan bawahannya untuk merebut Muara Bahan. Akhirnya Pangeran Samudera dan pengikutnya berhasil merebut Muara Bahan tanpa ada perlawanan. Lalu Pangeran Samudera memulai membangun istana di Banjarmasih. Kemudian ia membentuk sistem pemerintahan seperti yang pernah dilakukan Ampu Jatmaka ketika mendirikan Nagara Dipa. Penobatan Pangeran Samudera sebagai raja Banjarmasih dan kesiapan mereka melawan serangan Pangeran Tumanggung dan bala tentaranya.
Setelah mendengar bandar Muara Bahan direbut oleh kemenakannya, Pangeran Samudera. Pangeran Tumanggungpun segera mengumpulkan bala tentara untuk menyerang kerajaan Bandarmasih. Pertempuranpun terjadi begitu dahsyat. Akhirnya pasukan Pangeran Tumanggung dapat dipukul mundur. Pangeran Samudera minta bantuan Sultan Demak setelah meminta saran Patih Masih.
Cerita selanjutnya tentang kebesaran kerajaan Majapahit di masa pemerintahan raja Tunggul Amatung dan Patih Gajah Mada. Tunggul Amatung kemudian melamar dan mengawini Putri Pasai. Akhirnya Putri Pasaipun hamil dan melahirkan anak lelaki. Pada saat itulah saudara putri, Raja Bungsu datang ke Majapahit dan iapun bersedia tinggal di sana. Raja Bungsu meminta kepada raja Majapahit sebidang tanah untuk tempat berdiam dan membuat langgar. Raja Majapahitpun mengabulkan permintaannya. Setelah ia diam di sana maka banyaklah orang-orang desa yang ingin masuk islam. Raja Bungsu sekali lagi minta izin kepada raja untuk mengislamkan mereka. Permintaannya inipun dikabulkan oleh raja. Akhirnya dimulailah pengislaman desa-desa di sekitar tempat tinggalnya.
Diceritakan pula tentang masuk Islamnya menteri desa bernama petinggi Jipang dan anak, istri, serta keluarganya karena melihat kealiman Raja Bungsu. Petinggi Jipangpun akhirnya jadi penghulu sekaligus orang alim. Di samping cerita keluarga raja Majapahit hingga meninggalnya.
Tersebutlah kisah tentang Juragan Balaba, suruhan Nyai Suta Pinatih dalam perjalanannya mengantar barang dari Gresik menuju ke Bali ditengah laut Blambangan, menemukan tabla yang berisi bayi. Iapun akhirnya kembali menemui dan mengantar bayi itu kepada Nyai Suta Pinatih. Nyai Suta Pinatihpun sangat senang menerima bayi itu. Bayi itupun lalu diangkatnya anak. Nyai Suta Pinatihpun akhirnya kaya raya berkat tuah anak itu.
Diceritakan juga mengenai sebab-sebab keruntuhan kerajaan Majapahit, dimulainya pengislaman pulau Jawa, dan berdirinya kerajaan Demak serta asal mula wali Allah di Jawa. Pangeran Samudera meminta bantuan kepada Sultan Demak agar membantu peperangan melawan Pangeran Tumanggung melalui utusannya Patih Balit. Sultan Demak mau membantu asalkan Pangeran Samudera mau masuk islam. Pangeran Samudera dan keempat Patihnya pun bersedia masuk Islam. Kembali Patih Balit diutus ke Jawa untuk memberi tahu Sultan dengan tentang kesepakatannya itu. Sepulang dari Demak Patih Balit membawa tentara Demak sebanyak seribu orang lengkap dengan senjatanya dan seorang penghulu untuk mengislamkan mereka.
Akhirnya setelah berperang selama empat puluh hari tidak yang menang dan korban yang banyak berjatuhan, bunuh-membunuh antarkeluarga. Pasukan Pangeran Tumanggung banyak yang mati. Patih Aria Tarangganapun memberi usul agar peperangan dilakukan satu lawan satu antara Pangeran Tumanggung dan Pangeran Samudera, dan ia sendiri melawan Patih Masih.
Setelah berhadapan satu lawan satu. Pangeran Samudera tidak ingin ia menjadi durhaka karena menyerang pamannya Pangeran Tumanggung. Ia rela dibunuh pamannya. Mendengar hal itu menangislah Pangeran Tumanggung seraya memeluk kemenakannya itu. Perdamaian pun terjadilah.
Setelah berhasil berdamai dengan Pangeran Tumanggung, Pangeran Samudera pun menjadi raja Banjarmasih dan masuk Islam dengan penghulu Demak. Kemudian pasukan Demak dan penghulu Demak pulang diikuti oleh pasukan taklukkan Maharaja Suryanata dan Maharaja Sukarama. Aria Taranggana menjadi Patih kerajaan Banjarmasih. Sedangkan empat patih lainnya yaitu Patih Balit, Balitung, Kuwin dan Muhur diangkat menjadi jaksa.
Diceritakan pula tentang silsilah keturunan Sultan Suryanullah sepeninggalnya mangkat. Pemerintahan dilanjutkan oleh anaknya, Pangeran Rahmatullah. Setelah beliau wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh anaknya, Sultan Hidayatullah. Pada masa ini Patih Aria Taranggana wafat dan digantikan Kyai Anggadipa. Patih-patih yang lainpun menyusul wafat.
Sultan Marhum Panambahan kemudian menyuruh Raden Rangga Kasuma membawa semua orang suku Biaju untuk membunuh anak dan kemenakan Kyai di Podok. Si Sarang dan pengikutnya sepuluh orang masuk islam. Setelah masuk islam si Sarang dikawinkan Marhum Panambahan dengan Gusti Nurasa dan memperoleh seorang anak lelaki bernama Adan Jumaat. Oleh Marhum Panambahan ia diberi gelar Nanang Sarang.
Marhum Panambahan dan istrinya Ratu Agung sangat mengasihi Raden Rangga Kasuma. Akan tetapi ada saudara Ratu yang iri dengki kepadanya. Keberhasilan siasat licik pangeran Mangkunagara memfitnah Raden Rangga Kasuma hingga akhirnya ia dijatuhi hukuman mati oleh Marhum Panambahan sendiri. Marhum Panambahan berusaha menghibur diri dengan bercengkrama dan melunta di Serapat dan Aluh-Aluh serta tetap menjalankan roda pemerintahan seperti biasa.
Diceritakan bahwa Marhum Panambahan berniat memindahkan kerajaan Banjarmasih ke batang Mangapan karena adanya kekhawatiran, sepeninggalnya nanti Banjarmasih akan hancur karena banyak orang yang ingin menguasai daerah ini. Akhirnya kerajaanpun dipindahkan karena serangan Belanda. (Awal masuknya Belanda ke Kalsel).
Mulai terjalinnya hubungan kerajaan Banjar di Batang Banyu dengan negeri Pasir melalui sarana perkawinan dan terdapatnya silsilah keturunan Marhum Panambahan serta terjadinya kasus pencurian di Martapura oleh orang Sukadana. Kejadian itu membuat Marhum Panambahan memberikan upeti dari Sukadana kepada si Dayang Gilang dan tidak lagi diserahkan ke Banjarmasih. Marhum Panambahan juga menyerahkan urusan Kota Waringin kepada Dipati Ngganding.
Diceritakan silsilah keturunan Marhum Panambahan dari pihak cucu. Terjalinnya hubungan kekeluargaan antara Pasir dan Banjar ketika Raden Arya Mandalika dari Pasir kawin dengan Gusti Limbuk dari Banjar. Sejak itu Pasir tidak lagi mengantar upeti ke Banjar. Pada saat Kyai Martasura pergi ke Makasar, rajanya, Karaing Patigaloang memintanya agar menyampaikan pesan kepada Marhum Panambahan untuk meminjamkan Pasir kepadanya untuk berdagang dengan sumpah jika ada orang Makasar yang berbuat aniaya terhadap Banjar, mudah-mudahan dibinasakan oleh Allah. Marhum Panambahan pun setuju meminjamkan Pasir. Sejak itu Pasir dan daerah-daerah di sekitarnya tidak membayar upeti ke Banjar. Marhum Panambahan akhirnya melarang raja Sambas untuk mengantar upeti ke negeri Banjar kecuali jika Marhum Panambahan sendiri menghendakinya.
Diceritakan pula silsilah keturunan Marhum Panambahan dari perkawinan pihak cucu. Kerajaan Banjar berkabung karena keluarga dan kerabat keluarga secara bergantian meninggal dunia.
Marhum Panambahan mengirim utusannya ke Mataram untuk menjalin persahabatan dengan berbagai persembahan. Sepulangnya para utusan itu yaitu Pangeran Dipati Tapasana, Kyai Tumanggung Raksanagara, dan Kyai Narangbaya, selain diberi bingkisan oleh raja Mataram, mereka juga dihadiahi gundik oleh Marhum Panambahan.
Sepeninggal Marhum Panambahan lalu wafat maka penggantinya adalah Pangeran Dipati Tuha. Ia dilantik dengan gelar sultan Hinayatullah atau Ratu Agung. Marhum Panambahan meninggalkan banyak buyut. Ratu Agung Memberi gelar kebangsawanan kepada raja-raja di bawahnya.
Cerita keberangkatan Ratu Kota Waringin untuk memerintah daerah Kota Waringin dan sekitarnya hingga ia harus kembali ke Banjar karena Ratu Agung meninggal dan harus segera ada penggantinya. Pangeran Kasuma Alam dilantik menjadi raja dengan segala kebesaran istana. Ia bergelar Sultan Saidullah atau Ratu Anom.
Ratu Kota Waringin memperjelas kedudukan raja sebagai kepala negara yang langsung dipegang oleh Ratu Anom dan kedudukan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan yang langsung dipegang Pangeran di-Darat sebagai Panambahan di-Darat.
Panambahan di-Darat meninggal dunia dan digantikan Ratu Kota Waringin yang bergelar Ratu Bagawan. Kedua orang kepala pemerintahan itu memerintah selama lima tahun. Akhirnya Ratu Bagawan pun mengundurkan diri.
Ratu Anom meminta persetujuan bawahannya untuk menjadikan Dipati Tapasana sebagai kepala pemerintahan. Merekapun setuju mengangkatnya menjadi kepala pemerintahan dengan gelar Dipati Mangkubumi.
Kehidupan keluarga Ratu Anom hingga dirinya meninggal dunia. Setelah terlebih dahulu Ratu Bagawan meninggal. Atas saran Ratu Hayu dan pembesar istana lainnya maka Raden Halit (Pangeran Mangkubumi) dilantik menjadi raja menggantikan Ratu Anom yang wafat dengan gelar Sultan Riayatullah atau Pangeran Ratu.
Pangeran Mas Dipati menjadi kepala pemerintahan. Terjadinya perkawinan antara Raden Subangsa dengan Mas Surabaya, anak raja Silaparang dan memperoleh anak bernama Raden Mataram. Raden Mataram yang piatu ini kawin dengan Mas Panghulu, anak raja Silaparang juga yang tinggal di Sumbawa dan beroleh anak bernama Raden Bantan.
Setelah memperbaiki perahunya, Pangeran Dipati Anom menyuruh Raden Panjang Jiwa dan Kyai Sutajaya untuk minta bantuan Biaju menyerang Banjar karena Pangeran Ratu hendak menyerahkan kerajaan kepada Raden Bagus. Hingga terjadi perbedaan pendapat dan pandangan dalam menyikapi keinginan Pangeran Dipati Anom yang ingin secepatnya menghendaki pemindahan kekuasaan dari Pangeran Ratu kepada Raden Bagus. Silsilah keturunan raja-raja Kota Waringin itu berasal dari kerabat raja Banjar sejak raja Marhum Panambahan hingga Ratu Agung (Pangeran Dipati Tuha/Sultan Hinayatullah).

Selasa, November 18, 2014

Goresan Kecil yang Terukir dalam Hidupku

REMUKNYA HATI ( Anaklah jadi korban dari Broken Home)

Di lihat semua orang dengan menggunakan kacamata sebelah akan melihat diriku ini seperti anak kebiasaannya dengan keluarga yang bahagia dan apa saja yang di ingin kan bisa selayaknya orang yang pada umumnya , namun semua  itu tidak begitu kerena keluargaku penuh dengan lautan api yang mana di setiap saat akan terjadi letusan api yang sangat dahsyat yang siap mengahancurkan segalanya bila terlewati. Disetiap masalah pasti ada solusinya namun itu tidak berlaku kerena jiwa keigoesan dan mau menang sendiri  dari semua pihak keluargaku yang saat berada di rumah dan jiwa itu turun kepadaku, sifat yang tidak baik seperti suka marah, memberontak, dan membangkang terhadap orang tua kalau sedang berada dirumah. Maka dari itu agar terhindar sering kali aku tidur dan makan di luar rumah sampai-sampai aku tidur di pinggir jembatan dan bangun pada pagi hari.

Hidupku tak menentu saat ini, apa yang ku lakukan selalu tak ada yang mendukung,keinginan kecilpun tak dapat memberikannya untuk ku. Seperti aku ingin sekolah untuk melanjutkan ke SLTA/Sederajat pun itu saat pertama kali masuk tak punya uang sedikitpun untuk membeli keperluan sekolah. Kalau aku meminta kepada keluargaku tak akan berhasil walaupun aku memohon-mohon. Namun saat itu temanku membantu saya untuk membeli keperluan sekolah dengan cara utang pada temanku , setaiap hari aku datang di pagi hari ke rumah hanya untuk mengambil pakaian sekolah dan langsung berangkat ke sekolah dengan menggunakan alat transfortasi air yang ada di daerahku. Apa yang saat ini ku jalani terasa memberatkan kehidupan teman-teman di sekelilingku menurut aku dan sehingga akupun mengambil keputusan untuk mengakhiri tidak sekolah lagi. Sesampainya aku absen 2 minggu lamanya dan kembali lagi untuk sekolah, memang sulit masalah yang ku hadapi namun itu ku lalui dengan pasti walaupun sedikit menyimpang.

Sejak aku kecil bukan kebahagian yang aku rasakan tapi kesedihan, aku tak pernah diberi kesempatan memilih apa yang aku inginkan dalam hidupku. Tak pernah bisa melakukan apa yang aku inginkan karena tak pernah ada perlindungan. Aku tak pernah ingin perlindungan karena ku yakin ku bisa menjaga diriku sendiri.
Apa yang ku lakukan saat ini aku butuh seseorang untuk mengasihi aku selayaknya anak menginginkan keluarga yang utuh,dan semua itu berawal pada :

       1.    Perceraian ke dua Orang Tuaku

Saat itu aku masih kelas 7 duduk di SLTP/Sederajat tak tau urusan dengan kedua orang tuaku kerena pada saat itu adalah dunia aku mengenal luasnya dunia ini bersama teman-temanku, setiap hari aku menjelajah ke hutan untuk menuju ke sungai  sehingga aku bersama lainnya bisa mandi dan juga mencari buah-buahan. Waktu itu ayahku jarang pulang dan kadang-kadang kalau datang bisa 1 bulan lamanya. Aku pulang dari hutan untuk langsung kerumah,apa yang ku temukan di muka pintu adalah surat dari ayahku untuk ibuku. Surat itu aku simpan untuk menunggu ibuku pulang dari pekerjaannya, pada sore hari ibuku pun pulang ke rumah setelah itu aku mengasih surat yang di simpan tadi  kepada ibuku,lalu ibuku pun langsung membuka isi suratnya dan membaca isi dari surat itu.

Ternyata dan Ternyata isi dari surat itu adalah  SURAT CERAI . tak ku sangka seorang lelaki yang aku kagumi dan yang ku teladani begitu kejamnya terhadap ibuku, namun tidak hanya itu saja masih banyak lagi ayahku yang menyakiti hati ibuku, Pada saat itu Ibuku dalam keadaan hamil yang akan lahir kedunia, ayahku tak ada kabar dan tak ada di samping ibuku untuk melihat kelahiran adik laki-laki yang akan menjadi adik ke 3 dari ayahku. Sungguh teganya ayahku itu melakukan yang tak pernah ku mengerti pada saat itu. Andaikan saja bisa di bilang Ayah kandung ku itu adalah mantan ayah tetapi tak ada kata mantan ayah hanya saja mantan suami dari ibuku.

  1. Kenakalan
Entah dari mana awalnya aku seperti anak yang lainnya, yang mana aku sibuk bermain dan bermain dalam dunia ku saat itu, kadang kala dalam permainan sepak bola, bulu tangkis, tenis meja,dll. Di setiap aku tampil akan membuahkan percikan api diantara lawan yang ku hadapi. Dan semenjak aku awal  tahu ibu dan ayahku telah bercerai akupun tak tau dalam diriku ada yang sesuatu perubahan drastic pada diriku, saat aku mulai berpikir tak karuan apa yang hal pertama dalam situasi kehidupanku akupun mulai mencoba minuman yang tidak menyehatkan, kerena ajakan teman dengan iming-iming bila aku minta sesuatu selalu diberi dengan syarat aku menemani temanku apa yang dia lakukan. Setiap hati pada malam hari aku berkumpul dengan banyak teman dengan 2 botol minuman akupun terbawa suasana yang membuatku happy dan akupun tak sadarkan diri begitu meriahnya pesta yang di adakan oleh teman-temanku itu. Setiap kali aku berbuat yang tak baik agar di perhatikan oleh orang lain agar tahu perasaanku seperti apa dan apa yang ku lakukan membuat orang lain menghawatirkan keadaanku,namun perhatian itu bentuknya tidak seperti yang aku inginkan melainkan hanya ejekan yang tersirat dalam kata-kat,  akan tetapi perasaanku pada saat itu merasa bangga saking polosnya fikiranku.  Dalam waktu sekolah selalu pergi ke tempat yang tak pernah dilalui orang lain, dengan teman-teman lainnya aku di berikan sebilah rokok, pada saat itu aku tidak bisa merokok dan sekali aku mencoba pertama kali aku batuk, hisapan setrusnya pikiranku dan perasaanku terhadap rokok bias membuat hatiku tanang.

Mengapa hanya itu yang ada saat keluarga ku hancur, saat hidupku dihancurkan dengan mudahnya, mengapa aku selalu melawan ketika Ibu berkata jangan ketika Ayah melarangku, mengapa tak ada satu orangpun didunia ini yang aku patuhi, saat aku dengan beraninya menantang untuk dibunuh. Pertanyaan yang sangat mudah untuk aku jawab, mungkin semua orang yang bernasib sama sepertiku akan dengan mudah menjawab pertanyaan ini karena AKU INGIN DIPERHATIKAN jawaban yang simpel namun bagi kalian yang mengerti akan penuh dengan arti.

Alasan yang kuat mengapa aku hanya ingin melanggar peraturan, hanya ingin memntingkan diriku sendiri. Sadarkah Ayah Ibu selama 18 tahun kalian tak pernah memberikanku kasih sayang yang cukup, memberikan perhatian yang dalam, bahkan kalian tak pernah tahu apa yang aku lakukan didalam kamarku sendiri. Saat aku menyakiti diriku dengan tangisan yang aku buat – buat karena tak ada tempat untukku berbagi. Saat aku memaksakan diri tertawa dengan melakukan perbuatan konyol hanya untuk menarik perhatian.

Saat Guruku marah – marah dan aku malah bahagia karena berhasil menarik perhatian mereka. Aku tak tahu kenapa aku bahagia ketika di hukum, mereka tak pernah tahu betapa aku menikmati hukuman yang mereka berikan karena bagiku hukuman itu adalah bentuk perhatian mereka kepadaku. Aku senang ketika teriakan itu mengarah kepadaku. Ketika semua yang aku lakukan diperhatikan oleh banyak orang. Hanya itu yang ku inginkan.



     3.   Ayah dan Ibu

Ayah, Ibu mengapa kalian bersatu bila hanya akan menyakitiku. Ayah, Ibu aku tak pernah berharap dilahirkan ke Dunia ini. Aku tahu Ibu menyesal telah melahirkanku. Dan ayah tak pernah berharap aku ada. Kata – katamu masih jelas ditelingaku Bu saat kamu mengatakan seharusnya kamu tak pernah mengharapkan aku bersamamu karena ayah telah menyakitimu.
Aku mengerti Ayah, Ibu aku memang pantas disalahkan bahkan oleh kesalahan yang akupun tak tahu salahku apa dalam kejadian ini. Aku mengerti aku memang tak pernah diinginkan. Ayah, Ibu aku memang terbiasa berdiri sendiri.Aku terbiasa hanya menyimpan apa yang aku rasakan untuk diriku sendiri bukan untuk ku bagi kepada orang lain. Ayah Ibu kalian tahu saat aku pertama merasakan jatuh cinta, rasanya bahagia yaa Bu, Yah namun aku tak pernah bisa membagi ceritaku dengan kalian. Owh, iyaa aku juga pernah melihat temanku jalan – jalan dengan kedua orang tuanya. Aku ingin kita seperti itu Bu, Yah. Ku lihat juga saat temanku itu begitu akrabnya dengan kedua orang tuanya, jika berkumpul bersama aka nada suatu keutuhan hidup yang ku damba-dambakan Bu, Yah.

Tapi aku sadar bahkan kehadirankupun  tak pernah kalian inginkan, aku pun tak ingin dilahirkan. Kadang aku iri saat teman – temanku bercerita tentang keakrabannya dengan salah satu dari orang tuanya, saat mereka berbagi cerita dengan kedua orang tuanya. Sedangkan aku, aku tak pernah berbagi cerita dengan Ibu apalagi Ayahku. Saat berada di sekolah dari hati kecilku aku ingin di marahi kerena akan rindu sosok seorang ayah yang dulu, aku ingin siapapun yang bias mengerti perasaanku untuk dapat membagi cerita hidup namun kerena tingkahku sangatlah besar jadi tak ada yang mau. Apapun yang terjadi padaku akan ku lakukan jika bersama yang ku kagumi itu bias membuatku menjadi lebih baik sebagai pengganti didikan seorang ayah.


            4          Kehadiran Ayah Tiri

Sejahat-jahatnya seorang Ayah adalah Ayah Tiri. Untuk ayah tiriku padahalnya aku sudah lama tabiat dan kebiasaanya seperti apa, yaitu lebih parah pada ayah kandungku yang mana ayah tiriku jika datang ke rumah selalu membawa luka terhadap ibu ku, dari hasil jerih payah ibu untuk membelikan perhiasn dari emas untuk adik perempuan kecilku selalu lenyap sekejap, yang mana ayah tiriku inilah penyababnya. Ayah tiriku datang dalam keadaan mabok bekas mengunsumsi obat-obatan mengambil perhiasan dari tubuh adik kecilku. Dari hasil rampasan itu di gunakan untuk di jadikan modal judi di kampungnya. Berat rasanya aku mengalami Broken Home. Namun aku selalu berjuang walau tingkah lakuku sedikit nakal kerena aku ingin ada di dalam pikiran seseorang untuk aku dan apa mauku sebenarnya….

            5          Patah Hati pertama kalinya
Hanya sabar untuk menerimanya, kerna ku tahu. Apa yang ku lakukan dan apa keputusan dirinya adalah suatu tindakan yang baik untuk kedepannya agar saling mengetahui sifat-sifat seseorang untuk di jadikan pendamping hidup untuk selamanya. Karena patah hati mengajariku satu hal: cinta tak pernah salah memilih tempat dimana dia harus berada.

HANYA DALAM KATA-KATA YANG DAPAT KU JADIKAN MOTIVASI HIDUPKU.

Ø  Kamu yg mengajariku akan indahnya jatuh cinta. Kamu pula yg mengajariku betapa sakitnya patah hati.
Ø  Terimah kasih barisan para mantan,kau telah mengajariku terlatih patah hati
Ø  Lebih baik merelakan dia meninggalkan aku, daripada mendapatkan cinta yang palsu.
Ø  Kau telah menjadi miliknya , tak sepantasnya ku rebut kau darinya , biarlah ini menjadi kisah cintaku.
Ø  Ketulusan cinta hanya dapat dirasakan mereka yang benar-benar mempunyai hati tulus dalam cinta.
Ø  Aku mencoba ikhlas dari suatu kehilangan dan tersenyum dari suatu kesakitan.
Ø  Melupakan seseorang yang telah memberimu banyak kenangan indah adalah hal yang sangat suit. Tapi jika itu yang terbaik, relakanlah.
Ø  Ikhlas bukanlah pasrah menerima, tapi ikhlas adalah kekuatan besar untuk terus berusaha agar mendapat yang lebih baik.
Ø  Hanya karena ingin move on, bukan berarti kamu bisa menerima orang baru dihatimu tanpa mengenal terlebih dahulu. Kenali sebelum main hati.
Ø  Agar tak terluka, jangan terburu-buru ketika menentukan pilihan hati. Karena jika hati terluka, mungkin akan sembuh dalam waktu yang lama.
Ø  Tak akan bisa diulang waktu yang telah berlalu. Biarkan ia menghilang dan bersiaplah untuk sesuatu yang baru.
Ø  Ketika kamu bertemu seseorang yang pernah meninggalkanmu, berterima-kasihlah. Karena dia, kamu menemukan cintamu saat ini.
Ø  Jangan selalu tergantung pada orang lain. Itu hanya membuatmu lemah. Yakinlah, kamu lebih kuat dari yg kamu bayangkan
Ø  Menjadi cinta pertama seseorang adalah sesuatu yg indah, namun tak ada yang lebih sempurna jika kamu menjadi cinta terakhirnya.
Ø  Tak salah jika kamu mencuri hati. Yang salah adalah membuang hati yang telah kamu curi itu...!!


Senin, November 17, 2014

Wide Game sebagai Media Pendidikan Kepramukaan



Pengantar
Wide  game adalah  permainan besar di luar ruangan  dengan wilayah yang relatif  luas yang diikuti oleh dua atau lebih regu/tim.  Wide game   bersifat permainan  kompetisi/pertandingan antar  tim atau antar inidividu, sehingga antara tim yang satu dengan yang lain berusaha untuk memenangkan pertandingan. Namun demikian upaya meraih kemenangan tersebut tetap dilakukan  dilaksanakan   dengan cara-cara yang sportif,  obyektif dan menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan bakti antar anggota pramuka.

Wide game disamping dilaksanakan di area yang luas juga dapat dilaksanakan diwaktu  malam, sore atau siang hari.  Sebagai media pendidikan kepramukaan wide game hendaknya disusun agardengan mempertimbangkan aspek-aspek sbb :
Memiliki tema atau alur cerita sehingga mampu memotiviasi para peserta untuk menyelesaikan permainan dengan penuh semangat.
Menjadi kegiatan yang menyenangkan, penuh tantangan dan mampu mengembangkan kerjasama tim/regu.
Meningkatkan ketrampilan menyusun perencanaan, strategi berkompetisi dan implementasi perencanaan untuk memenangkan pertandingan
Meningkatkan daya  tahan fisik, kreativitas, akal budi dan kemampuan berinisiatif
Pada dasarnya tidak ada aturan baku untuk menyusun  sebuah alur dan aturan main wide games. Sebagai media pendidikan wide game sangat fleksibel bisa digunakan dengan mengusun tema sejarah, lingkungan, kebudayaan, kemasyarakatan, pengenalan  wilayah, ilmu pengatuhan dan teknologi dan berbagai tema lainnya.

Target
Wide game dapat dikemas untuk mencapai target tertentu yang harus dicapai oleh para peserta. Target-target tersebut misalnya :
Untuk mencapai tempat tertentu sebagai puncak permainan
Untuk mencapai beberapa tempat tertentu (pos - pos) sesuai rute yang ditetapkan
Untuk mendapatkan atau mengumpulkan objek tertentuselama pertandingan
Untuk melindungi atau merevut  objek atau properti tertentu sesuai denga tema dan skenario yang ditetapkan
Untuk mmenyelesaikan tugas-tugas  tertentu bisa ditiap pos, bisa selama permainan atau bisa sepanjang perjalanan
Untuk mendapatkan informasi tertentu sesuai dengan rute dan tema yang ditetapkan
Untuk bersaing dengan mencegah tim lawan dapat mencapai target yang ditetapkan
Untuk mencapai tujuan atau tantangan-tantangan yang diberikan.

Instruksi
Untuk menjamin  wide game  terlakasana dengan baik dan lancar, maka instruksi-intsruksi harus disusun secara baik, singkat dan mudah dicerna. Terkait dengan hal ini maka :
Istruksi harus dipahami sama persis oleh semua peserta dan juga panitia pelaksana
Instruksi jangan berblit-belit agar tidak menimbulkan kesalahpahaman
Instruksi harus jelas jangan bermakna ganda  agar tidak terjadi  salah pengertian dan salah persepsi
Instruksi harus lengkap  agar tidak ada peluang para peserta utuk mengakalinya
Instruksi harus jelas dan mencamtumkan hal apa saja yang dapat mengurangi nilai dan juga hal apa saja yang  dapat menjadikan peserta didiskulifiasi (gugur).

Pengorganisasian  Tim Peserta
Jumlah tim atau inividu yang akan ikut serta dalam wide game tidak ada batasan tergantung dengan jenis permainan, luas area dan tujuan yang ingin dicapai.
Dalam wide game bisa juga dalam sebuah tim dibagi menjadi ketua dan anggota, namun juga bisa menjadi tim/kelompok yang cair.
Ada pula wide game yang hanya diikuti oleh satu tim yang melawan beberapa orang sebagai lawan tanding. Tim harus mampu mengalahkan lawan-lawannya satu persatu sampai  di akhir babak permainan.

Scoring/penilaian
Mengingat wide game adalah permainan kompetisi maka harus ada pemenang. Untuk menentukan pemenang dibutuhkan peniaian/scoring. Dalam menentukan score/nilai  para peserta harus dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan berbagai aspek. Penyusunan score/penilaian wide game bisa dilakukan dengan
Jumlah anggota tim lawan yang tereliminasi (nilai ditentukan berapa lawan yang bisa dikalahkan)
Jumlah item yang dikumpulkan (niai ditentukan berapa benda, soal yang bisa dijawab, pos yang dilalui oleh sebuah tim)
Lama  waktu bermain (niai ditentukan  oleh kecepatan waktu tempuh oleh sebuah tim di banding tim lain)
Bisa juga penilaian hanya dilakukan oleh kemampuan tim untuk kembali ke garis finish dan mampu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

Lokasi dan Rute
Wide game dapat dilaksanakan di lapangan terbuka dengan peserta indivisu. Misalnya sehabis upacara pembukaan kegiatan dilaksanakan permainan besar mencari tanggal lahir yang sama, hobi yang sama, mencari kawan untuk menyusun dan mencocokan puzlle, mencari kawan untuk menyusun kaliman dengan  kata-kata yang telah dimiliki,dsb. Peraminan besar ini menarik jika dibatasi waktu.

Namun demikian ada kalanya wide game dilaksanakan di lokasi yang luas dengan rute tertentu, terkait dengan hal ini maka harus diperhatikan :

Lokasi dan luas wide game juga tergantung pada jumlah peserta, jenis dan tujuan permainan. Yang harus diperhatikan adalah jangan memilihi daerah yang terlalu luas dan beresiko terjadi kecelakaan atau kehilangan peserta – aspek keselamatan harus diutamakan.
Lokasi atau wilayah yang digunakan hendaknya atas seizing yang berwenang sehingga dapat memperlancar pelaksanan wide game
Upayakan Kakak Pembina/Panitia melakukan surevey yang mendalam dan akurat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terutama juga aka melaksanakan wide game di hutan/alam terbuka.

Penyusunan Tema
Keberadaan tema dan alur cerita merupakan ciri pembeda antara wide game dengan kegiatan permainan lain. Tema dan alur cerita sangat penting dalam sebuah wide game karena akan memberikan  kerangka kerja, acuan materi, jenis kompetisi, sistem penilaian dan pembentukan suasana permainan.

Penyusunan tema dan alur cerita wide game sangat fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan tujuan permainan yang diinginkan oleh Kakak Pembina. Tema bisa diikaitkan dengan kehidupan daerah sekitar lokasi, sejarah, lingkungan hidup, patriotisme dan nasionalisme, agama, ilmu pengatahuan dan teknologi, bahasa, dsb. Contoh tema dan alur :

"Di wilayah pertempuran melawan penjajah Belanda terdapat seorang prajurit yang
luka tembak yang harus segera di evakuasi. Tim evakuasi dipersilakan menuju lokasi
dimaksud dengan menempuh rute yang ditetapkan. Disepanjang rute terdapat pos-pos
 yang harus dilelui. Di tiap pos setiap tim akan diberi instruksi agar tidak tersesat
dan ditawan musuh. Selamat berjuang"  

Catatan :  Untuk implementasi tema di atas, maka tugas di tiap pos bisa diberikan dengan sandi. Di pos bisa ada penjaga namun bisa juga cukup disediakan "kertas instruksi" yang harus dicari dan dipahami isinya (mengenal tanda jejak dan tanda alam). Pemenang permainan ini adalah Tim yang tercepat menemukan prajurit yang luka dan mampu membawa ke pos penyelamatan, tentunya setelah dilakukan pertolongan pertama dan diangakut dengan dragbar (sambil praktek PPPK).



Keselamatan Permainan

Keselamatan tim harus diutamakan dalam wide game, jangan hanya mengejar tingkat kesulitan yang tinggi namun keselamatan di abaikan. Untuk menjaga keselamatan tim maka perlu :
Pertimbangkan jika memilih daerah yang bersiko tinggi misalnya tebing, jalan curam, sungai dalam dan berarus deras, wilayah terpencil dan sebagainya.
Ukur  luas wilayah permainan, pastikan batas-batasanya sudah ditandai misalnya dengan batas alam (parit, pohon, lembah, dsb) atau tanda-tanda yang dibuat khusus.
Sususn skenario penyelematan dan pencegahan kecelakaan terutama jika ada peserta yang tersesat.
Pastikan para peserta memahami cara-cara meminta dan mendapatkan bantuan jika sewatu-waktu diperlukan.
Susun tim "emergency respon" terutama jika permainan ini dilaksanakan dilokasi yang luas, beresiko tinggi dan menantang.
Pastikan kode "akhir permainan" misalnya suara suara peluit bisa didengar oleh seluruh peserta yang sedang berada di lokasi untuk segera mengakhiri permainan dan kembali ke tempat awal berkumpul.

Tips & Trik
Wide game  adalah media pendidikan oleh sebab itu penerapannya harus mempertimbangkan aspek kebutuhan, kemampuan dan daya tahan peserta didik. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan :
Kakak Pembina sering kali tergoda untuk menyusun tema, memilih lokasi dan menentukan rute perjalanan yang berat dan menantang. Pilihan ini harus dipertimbangkan secara matang.
Hendaknya gunakan penanda-penanda yang mudah dikenali dan dihapus untuk membedakan mana anggota yang masih hidup mana yang sudah mati dalam permainan. Misalnya : peserta yang dilengannya masih  tertali janur kuning maka ia termasuk peserta yang masih hidup dan bisa melanjutkan permainan. Yang sudah tidak ada berarti sudah kalah/mati.
Adakalanya untuk menandapi peserta yang menang dan kalah bisa menggunakan "tepung" atau "air" sebagai  bom. Peserta yang terka bom dianggap sudah mati, metode ini memang menyenangkan namun diakhir permainan membutuhkan alat pembersih.
Jika permainan mengharuskan peserta untuk 'menemukan sesuatu', maka benda yang harus ditemukan tersebut harus dicek dan dipastikan tersedia.
Pastikan para peserta dapat terlibat permainan dalam waktu yang cukup. Hindari ada peserta yang cepat tereliminasi sehingga hanya duduk dan menonton. Bikin aturan main yang memungkinan peserta yang tertangkap atau mati bisa hidup kembali - misalnya dengan bantuan kawan se timnya, dsb.
Pastikan bahwa ada batas waktu pada seluruh permainan yang sesuai dengan usia peserta. Jika permainan berlangsung terlalu lama, ada kemungkinan para peserta menjadi bosan.
Wide game merupakan media pendidikan yang bisa dimanfaatkan oleh Kakak Pembina untuk menguji kemampuan para peserta baik dibidang PPPK, Sandi, Morse dan Semaphoe, Kompas, Peta Perjalanan, Sketsa Panorama, dan berbagai pengetahuan lainnya.
Pemenang wide game  hendaknya  dirancang  dalam berbagai kategori tidak hanya yang tercepat, tertepat, terkuat dan terbesar saja melainkan juga misalnya terkompak, terceria, terkreatif, tersemangat, dsb. Semakin beragam kategori semakin terbuka peluang untuk semua tim memperoleh hadiah/penghargaan.